Kamis, 25 Juli 2013

LIPUTAN NASYID LAMPION DI INDOPOST


LIPUTAN NASYID LAMPION DI INDOPOST

Di tengah menjamurnya sejumlah Grup Nasyid di tanah air. Terdapat kelompok nasyid yang cukup unik lantaran semua personelnya berasal dari etnis Tionghoa muslim. Lantunan syair pujian bernafaskan Islam lirih terdengar dari salah satu ruangan di rumah yang berada di Jalan Raya Condet No. 54 Ruko Mat’am Ikhwan Lt.2, Batuampar, Jakarta Timur. Di Ruko itu memang disulap sebagai kantor sekaligus studio berlatihnya yang berada dibawah Lampion Management.

Performanya sedikit berbeda dari orang Indonesia umumnya. Karena sebagian besar dari mereka adalah muslim yang berketurunan etnis Tionghoa. Matanya terlihat sedikit sipit. Bentuk wajah pun khas oriental. Kesan mencolok dari ‘bukan’ orang Indonesia itu terlihat dari busana yang dikenakannya. Mereka tak mengenakan pakaian nasyid yang biasa, yakni baju koko muslim. Tapi berbusana mirip pendekar film-film Tiongkok. ”Ini sedikit dari identitas kami, Grup Nasyid Lampion. Mengenakan busana Shanghai,” ujar pentolan Grup Nasyid Lampion, Kelvin Ikhwan. Dia mengakui sebagian besar personel Lampion adalah keturunan Tionghoa. Berdarah murni bangsa China. Hanya saja lahir dan besar di Indonesia.

Tak itu saja, Kelvin juga memastikan semua personelnya adalah muslim. Ada diantaranya yang merupakan muallaf Ade namanya. Sedangkan lainnya muslim dari lingkungan keluarga. ”Saya lahir dan besar di Jakarta. Orangtua dan keluarga muslim asli Tionghoa,” jelas Kelvin juga. Grup Nasyid ini, terang dia juga, memang berbasiskan para muallaf dan muslim Tionghoa. Dengan bekal itu namanya memilih atribut yang berdekatan citra Tionghoa, yakni Lampion. Tak harus mengambil nama berbau Islam.Tidaklah salah kalau mereka menamakan Grup Nasyid mereka dengan sebutan nama Lampion. Tetapi lebih memilih nama kelompok berdekatan dengan budaya. ”Kalau ingat lampion, pasti identik dengan komunitas China,” terang alumnus Universitas Trisakti ini. Secara historis, dia mengaku terbentuknya Lampion bukan sebagai peniruan terhadap tren musik. Tetapi lebih sebagai media kegiatan para remaja muslim Tionghoa. Awalnya, tegas dia juga, kegiatan remaja muslim Tionghoa ini bergabung di remaja Masjid Lau Tse. Namun secara perlahan menempatkan kemandirian. Hingga terpisah dari kegiatan masjid. ”Dari sanalah kami terus mengembangkan diri. Berusaha lebih baik tanpa terjebak dalam tren musik Islam,” tegasnya. Hingga saat ini Grup Nasyid Lampion mempunyai slogan “Chinese Moslem Nasheed”.

Meskipun, Kelvin menuturkan pengalaman dan ilmu bernyanyi diperoleh dari kelompok nasyid senior, Qatrunada. Dengan menggali segala potensi dan dorongan lingkungan. ”Lahirlah nama Lampion pada 10 Nopember 1997,” tegasnya. Pada pertengahan 2005, kata Kelvin album perdana kelompok ini muncul. Dengan mengusung semangat ajaran Islam, lagu-lagu bersyairkan nilai-nilai keislaman ditawarkan pada masyarakat. ”Kami membentuk Lampion bukan untuk popularitas atau glamor, tapi sebagai media dakwah Islam terutama kepada etnis Tionghoa,” terangnya.

Ibarat pohon pisang. Tak ingin mati sebelum berbuah. Itu yang tengah diperjuangkan Grup Nasyid Lampion ini. Berupaya mempopulerkan nasyid kepada generasi muda sampai akhir hayat. Seperti apa?

SEJAK terbentuk sebagai Grup Nasyid, para anggotanya telah sadar dengan pelbagai tantangan. Mulai dari persoalan ekonomi, cemooh sampai persoalan lainnya. Tapi itu dianggap tak berarti. ”Semua yang kita lakukan ini adalah ibadah. Bukan mencari popularitas atau ingin sekadar menjadi entertainer,” tegas Kelvin Ikhwan Tanudjaja, pentolan Lampion. Bahkan, lanjut dia, sejak dulu pun grup Lampion ini tak pernah memberikan bandrol tarif manggung. Biaya yang diberikan dari para pengundang lebih dilihat sebagai rezeki. Tanpa perlu melihat besarannya. Kelvin mengaku sering mendengarkan keluhan banyak warga. Terkait keinginan mendapatkan hiburan islami dari Grup Nasyid selalu terbentur dengan biaya. Sehingga sangat merugikan bagi umat Islam. ”Kalau mendengarkan lagu nasyid itu terasa berbeda dengan lagu lain. Karena dalam lagu nasyid ada pesan religinya. Berbeda dengan lagu lain,” tuturnya.

Dengan lagu nasyid, dia merasa punya peluang banyak untuk memberikan dan turut memperbaiki moral bangsa. Setidaknya mengingatkan manusia tentang kewajibannya sebagai makhluk Tuhan. Menurutnya, banyak sekali catatan negatif yang terjadi dalam dunia hiburan. Artis yang seharusnya memberikan kebahagian, justru dalam banyak persoalan. ”Kenyataan itu kan berbeda sekali. Kalau mau menghibur orang, hati yang menghibur harus senang. Bukan sebaliknya,” ucap alumnus Trisakti ini. Dia memastikan nasyid bukanlah alternatif hiburan. Tapi tak lebih dari upaya memberikan peringatan dan pesan moral. Tujuannya mengembalikan fitrah manusia. Terkait persoalan manajemen, Kelvin menyebutkan grup Lampion sangat paham kondisi tersebut. Makanya, perlu membuat terobosan kegiatan. Di antaranya membuka pelbagai lembaga usaha. ”Di sini ada jasa multimedia, pelatihan solo/grup nasyid untuk vokal, sanggar menggambar manga dan lainnya. Semua itu menjadi pondasi ekonomi Lampion Management,” terangnya.

Tak mudah menjadi konsisten dalam bermusik di tanah air. Apalagi jika berkaitan dengan persoalan kebutuhan pasar. Bagaimana grup Lampion mempertahankan kekhasannya itu? GAYA bermusik sering identik dengan idealisme dan rasa. Pantasnya memang tak perlu berubah-ubah, jika gaya bermusik menjadi identitas. Tapi desakan pasar mampu menyulap idealisme dan rasa itu. Grup Lampion pun tak bisa mudah berjuang mempertahankan karakternya. Dengan gaya oriental plus iramanya yang juga Tionghoa, kadang kala jadi hambatan. Apalagi penggemar musik nasyid masih terbatas.

”Ya..kalau ditanya soal karakter, inilah karakter kami. Tak mudah memang bertahan. Tapi kami berusaha menjaganya,” terang Andrew Irfan Tanudjaja, anggota Lampion. Menurutnya, kesulitan terasa dalam persoalan gaya musik oriental. Sebab belum ada contoh musik nasyid yang berwarna Mandarin. Itu membuat pengembangan polanya pun sedikit terbatas. Andrew menilai kesulitan itu menjadi tantangan tersendiri bagi Lampion. Agar tetap bisa konsisten dalam warna bermusik.

Menjaga pola musik oriental yang tidak ketinggalan zaman. ”Di kalangan generasi Tionghoa di Indonesia, musik oriental tak begitu digemari. Apalagi jika membawakan dalam nuansa Islam berpadu gaya oriental. Jelas tak mudah,” tutur vokalis bertubuh besar ini. Apalagi, lanjut dia juga, terkadang ada kesulitan dalam memainkan warna musik oriental dalam nuansa Islam. Karena perlu menyesuaikan dengan liriknya. Belum lagi pola suaranya lebih khas, tidak seperti bernyani dalam suara yang biasa. ”Bernyanyi dengan musik oriental itu tak mudah. Sekarang kita coba padukan semua itu dalam karakter yang Islami.

Coba bagaimana kesulitannya,” tegasnya. Kendati demikian, Andrew bersama rekan lainnya selalu memiliki terobosan. Dengan memberikan sentuhan oriental dalam sejumlah bait lagu. Personel Lampion memang sudah berulang kali bongkar pasang. Alasannya sangat beragam. Namun setiap generasi baru Lampion selalu memiliki karakter sama. Adapun personel Lampion anyar adalah Kelvin Ikhwan Tanudjaja, Andrew Irfan Tanudjaja, Ade Yoliand dan Heri Adz-Dzakiy. Mereka selalu menampilkan karakter Tionghoa dalam setiap penampilannya.

Jumat, 19 Juli 2013

Sajak : Hiburkanlah Manusia


HIBURKANLAH MANUSIA

Nyanyikanlah manusia dengan lagu penghibur jiwa
Dengarkanlah manusia berita gembira penglipur lara
Kumandangkan atau bisikkanlah manusia sesuatu yang menguatkan jiwa
Janganlah jadikan manusia rasa kecewa, derita dan putus asa
Apakah suara-suara itu yang menjadi penghibur manusia?!
Katakanlah Syurga itu untuk manusia yang beriman dan bertaqwa
Pengampunan dosa dari Tuhan yang Maha Esa
bagi manusia yang menyesal dengan dosa-dosanya
Katakan lagi kepada mereka cintailah Tuhan, takutilah Dia, Tuhan akan cinta dan redha
Kelazatan dan keindahan dunia hanya sementara
Bahkan adakalanya menipu kita bukan bahagia, bahkan celaka
Kebahagiaan yang hakiki, keindahan yang sejati adalah di dalam Syurga
Bersedialah ke sana dengan iman dan taqwa
Bawalah ke sana amal bakti dan amal soleh sebanyak-banyaknya
Dunia kita akan tinggalkan, di Akhirat destinasi kita
Hiburkan lagi manusia dengan berbagai-bagai cara
Asalkan dipastikan halal buatlah apa sahaja
Kita di dunia adalah hamba Tuhan yang Maha Esa
Hamba peranannya adalah penghibur manusia,
baik itu hiburan untuk Akhirat ataupun untuk di dunia

Abuya At-Tamimi

Senin, 15 Juli 2013

Personil Lampion

Personil Lampion
dari kiri: Andrew Irfan Tan, Heri Adz-Dzakiy, Kelvin Ikhwan, AdeYoliand.