Fitrah semua manusia inginkan hiburan. Berbagai kaedah dan bentuk hiburan dibuat semata-mata untuk mendapat kepuasan. Hiburan sejati ialah satu perkara yang mampu menggembirakan kita dan ianya bertapak dalam hati. Ia merupakan hiburan yang sesuai dengan fitrah. Tetapi kalau hiburan itu hanya berpusat pada nafsu, itu bukan hiburan. Cuma kita terkeliru, mengatakan itu hiburan. Sebenarnya itu perkara yang melalaikan. Kita mesti membedakan di antara hiburan dengan perkara yang melalaikan. Hiburan itu menenangkan, membahagiakan dan memberi kepuasan pada hati. Dan kesannya berpanjangan. Sekiranya ada masalah pada ketika itu, ia mampu jadi obat. Itulah hiburan yang menapak dan berpusat di dalam hati. Tetapi kalau hiburan berpusat dari nafsu, itulah perkara yang melalaikan. Ianya melalaikan kita sementara waktu. Kita dilalai-lalaikannya pada ketika itu. Jadi kita lupalah pada masalah. Kita terpesona dengan benda yang kita dengar dan lihat.
Katakanlah sejam berhibur secara demikian, kita jadi terlupa masalah yang menggigit selama ini. Bila waktu berhibur sudah lepas, kita ingat masalah balik; ketuk kepala balik. Kadang-kadang bila balik rumah lebih parah lagi. Ini menyebabkan kita mengalami penderitaan jiwa. Padahal kita baru lepas berhibur. Kenapa? Karena yang kita buat itu hanyalah memberi kepuasan kepada nafsu; yang melalaikan. Bukan kepuasan kepada hati. Kalau hiburan itu betul-betul bertapak di dalam hati, ia kekal. Ianya sangat memberi kesan. Kalau sebelum itu ada masalah, dah tak timbul masalah lagi. Kalau datang masalah dah tak `lot'. la menjadi pendinding.
Sebab itu orang yang mengatakan hiburan sekarang itulah hiburan sebenar, dia terkeliru. Hakikatnya, itu bukan hiburan, tapi perkara yang melalaikan. Sebab itu penghibur adalah orang yang paling tak terhibur di dunia. Orang yang banyak frustasi terutama di Barat. Dia menghiburkan orang, sepatutnya dia paling bahagia dan paling tenang, tapi para penghiburlah yang banyak bunuh diri, frustasi, kecewa, terlibat dengan narkoba dan sebagainya. Dia menghiburkan orang dengan menari dan menyanyi. Kemudian dia balik ke rumah pukul dua malam. Dia teringat-ingat macam-macam perkara yang menyusahkan hati, tepuk dahi. Hatinya tak terisi, dia menderita jiwa.
Jadi hiburan yang bukan hiburan itu hanyalah kepuasan nafsu yang melalaikan. Hiburan beginilah yang berperanan di tengah kehidupan hari ini. Yang menyebabkan manusia makin berhibur makin susah hati. Buktinya, orang yang berhibur dengan hiburan yang ada ini pemarah orangnya. Mampu bergaul tapi sangat sensitif, sangat emotional. Itu menunjukkan apa yang dia dapat itu bukan hiburan. Tetapi kalau betul hiburan yang membawa bahagia, dia jadi tenang, dia tak sensitif, tak emotional. Bahkan dah tercabar pun dia mampu ketawa senyum lagi. Itu tanda dia mendapat hiburan yang sejati. Jadi kalau begitu reaksinya, itu menunjukkan punca hiburan yang dia perolehi bertapak dari hati. Walau bagaimanapun yang menjadi asasnya adalah iman. ALLAH berfirman dalam Quran: Ketahui olehmu dengan mengingati ALLAH itu hati jadi tenang. (Ar Ra'd: 28)
Orang yang tidak ada iman, dalam artikata dia sentiasa tidak mengingati ALLAH, dia takkan dapat kepuasan yang bertapak di dalam hati. Jadi iman itu dulu mesti bertapak di dalam hati. Apabila ianya telah bertapak, dengan hanya melihat ciptaan ALLAH, timbul rasa terhibur, senang hati dan indah. Jadi kalau manusia ini ditanam dengan iman, kemudian meningkat menjadi orang bertaqwa, walaupun dia kurang mendapat hiburan di luar, sudah cukup baginya dengan hiburan yang sudah ada dalam hati.Tapi bagi masyarakat yang tidak beriman, ataupun tidak bertagwa, mereka memerlukan hiburan yang banyak di luar. Sebab itu menjadi masalah. Hiburan itu sudah jemu, lagi menjemukan. Walaupun sudah bermacam-macam jenis hiburan pun masih menjemukan lagi. Mereka nakkan satu kaedah lain untuk berhibur. Sebabnya kenapa? Karena itu semua bukan hiburan yang sejati.
Kalau hiburan yang sejati, ia tak bertukar-tukar. Cuma kalau ada perkara yang menghiburkan lagi, ianya ditambah dan disuburkan lagi. Ia tak mampu terungkai. Kalaulah sesuatu itu mampu menghibur, ia tak mampu ungkai perkara-perkara yang lain. Kalau ada satu perkara itu mampu menghibur, ia menyuburkan saja. Tapi kalau hiburan nafsu ia melalaikan saja. Lepas berhibur rasa jemu. Hati kembali tidak terhibur lagi.
Kemudian dimulakan dengan hiburan yang lain pula. Artinya, hiburan sebelum itu dah tak berguna. Ini payah nak difahami sebab ini memerlukan ilmu rasa.Sebab itu orang yang kuat iman, kalau dia tak disakitkan oleh ALLAH dan tak didatangkan ujian, rasa menderita dia. Dia rasa ALLAH dah benci dengan dia. Umpamanya, seorang murid bila disuruh oleh gurunya untuk membelikan sesuatu. Itulah yang senagkan hati dan indah. Padahal kan susah pergi kedai dengan berjalan kaki sejauh dua batu. Tapi dia terasa dengan suruhan itu terhubung kasih sayang dengan gurunya.
Orang lain yang tak faham tentu berkata, "Kasihan anak itu. Guru suruh dia berjalan kaki ke kedai sejauh dua batu. Umur baru 10 tahun, baru 4 SD, tak patut." Tapi bagi anak itu, suruhan itu lebih daripada patut. Itulah hiburan baginya. Begitu juga kalau orang terasa yang ALLAH itu telah memberi kasih sayang kepada dia melalui ujian sakit. Sakit itulah hiburan pada dia. Betapalah kalau tak sakit. Sakit pun dia terasa terhibur dengan ALLAH, sebab dia rasa itulah hubungan kasih sayang ALLAH dengan dia.
Jadi kita mesti bedakan hiburan nafsu dan hiburan hati. Hiburan nafsu itulah perkara yang melalaikan. Ia hanya merunsingkan diri, mengharu-birukan fikiran dan cuma melalaikan kita sekejap saja. Ianya hanya dapat melupakan pada masalah buat sementara waktu. Lepas itu berkumpul semua sekali masalah yang dihadapi. Rasa-rasa seluruh dunia masuk ke dalam kepala kita. Berapa teruk nanti untuk menanggungnya. Sebab itu dalam psikologi, orang yang kuat menghantam orang, dia takkan mampu bertahan kalau dia dihantam orang. Kalau dia marah pada orang lain, dia tak mampu bertahan kalau orang marah pada dia. Kalau dia banyak mengata orang, insya-ALLAH dia orang paling tak tahan dikata orang. Kenapa?
Salah satu motif manusia ini menghantam orang karena itulah hiburan bagi dia. Yang sebenarnya dia nak lepaskan perasaan yang tak dapat diluahkan. Ini menambahkan gelodak jiwanya. Sebab itu perlu kita pastikan, kalau orang yang suka menghantam, `pukul' orang, ‘patah'kan orang lain, itu menunjukkan jiwanya sangat sensitif. Dia sendiri pun tak tahan diuji begitu.Kalau dia kuat mencabar orang, artinya dia tak kuat bertahan kalau dicabar. Sikap begini hanya mampu dikenal kalau kita selalu bergaul dengan masyarakat terutama bagi orang berjuang insya-ALLAH mampu faham. Kalau setakat jumpa orang sekali-sekala tak mampu faham.
Jadi kalau seseorang itu dicabar dan diganggu, tapi dia tenang dan biasa saja hingga kadang-kadang menyebabkan orang kasihan, "Apa awak ni tak lawan lagi," maka biasanya dia mampu bertahan bila dikata orang. Kenapa? Karena dia tidak suka mengata orang. Dia kurang mengata orang sebab itu jiwanya tahan. Dia tahan dikata sebab bukan itu tempat hiburannya. Jadi sebab itu, kalau masalah iman ini selesai, orang tak perlu lagi hiburan yang ada sekarang ini. Memadai berhibur dengan baca Quran, nasyid, berselawat dan ibadah-ibadah yang lain. Sudah cukup untuk puaskan hati kita.
Cukup hanya menerima senyuman, setahun kita mampu ingat dan terhibur. Berapa banyak orang sekali dia senyum, orang ingat dan terhibur. Sampai dia mampu cakap, "Ya ALLAH saya rasa puas hati dengan seorang itu. Saya sekali sahaja berjumpa bukan dia kenal saya, dia mampu senyum dengan saya sampai setahun pun masih ingat lagi." Inikan lebih hebat daripada kita tengok seorang penari atau penyanyi terlonjak-lonjak di atas pentas. Pernahkah kita dengar orang sebut, "Tiga tahun saya puas hati tengok penari tadi. Puas hati saya. Tak tengok lagi pun tak apa. Sekali pun sudahlah. Puas hati.." Tak ada. Tapi senyuman dan kemesraan seseorang selalu diperkatakan. Dia tak dilupakan, selalu disebut-sebut. Itu maknanya senyuman seseorang itu fitrah. Dan targetnya adalah hati.
Itulah hiburan hati. Rasulullah SAW bersabda:"senyum-simpulmu, kemesraanmu kepada saudara kamu yang lain itu dikira/dianggap sedekah. "Semoga kita dapat berhibur dengan hiburan yang benar-benar menapak di dalam hati, bukan hiburan palsu; yang berawal dari nafsu.
Ustadz Ashaari Muhammad